Essay Perdana di Forum Mahasiswa Ekonomi Indonesia (FMEI)
Kolerasi Pembangunan Infrastruktur
dan Lahan Pertanian untuk Menunjang Perekonomian Indonesia
(oleh:
Rahmad Fadli, Kastrad BEM FEM IPB)
Indonesia merupakan negara
kepulauan dengan luas daratan mencapai 1.922.570 km² dan luas perairan mencapai
3.257.483 km². Luasan daerah yang memiliki potensi ketersediaan lahan yang cukup besar dan sangat potensial seharusnya
mampu menjadikan Indonesia sebagi negara yng maju dlam sektor pertanian. Pemanfaatan
lahan secara optimal saat ini masih belum tercapai. Sebagian lahan potensial
yang tersebar di berbagai daerah masih cukup banyak yang terabaikan. Lahan
potensi tersebut merupakan lahan sub optimal seperti lahan kering, rawa, lebak,
pasang surut dan gambut yang produktivitasnya relatif rendah, karena kendala kekurangan dan kelebihan air,
tingginya kemasaman/salinitas, jenis tanah yang kurang subur serta keberadaan
lahan di daerah lereng dataran menengah dan tinggi. Namun apabila keberadaan
lahan sub optimal tersebut dapat direkayasa dengan penerapan inovasi teknologi
budidaya dan dukungan infrastruktur, sarana dan prasrana, maka lahan tersebut
dapat dirubah menjadi lahan-lahan produktif.
Pemanfaatan lahan pertanian
sangat erat kaitannya dengan perkembangan dan pembangunan
Infrastruktur terkait sarana dan prasarana pertanian.
Kolerasi yang dihasilkan akan berdampak terhadap produktivitas dan
kesejahteraan petani. Lahan dan air merupakan faktor produksi utama pertanian,
sedangkan benih/bibit merupakan merupakan sarana produksi utama produksi pertanian, sehingga keberadaan
dan berfungsinya infrastruktur lahan, air serta benih/bibit merupakan prasyarat proses produksi pertanian.
Persoalan mendasar yang dihadapi sektor pertanian pada saat ini dan di masa
yang akan datang adalah terbatasnya ketersediaan infrastruktur, sarana prasarana, lahan dan air. Sarana prasarana
pertanian yang saat ini keberadaanya masih sangat memprihatinkan membuat
perkembangan perekonomian dalam sektor pertanian juga terhambat. Contohnya saja
yaitu dalam penyediaan jaringan irigasi. Kurangnya pembangunan waduk dan
jaringan irigasi yang baru serta rusaknya jaringan irigasi yang akan mengakibatkan daya dukung irigasi bagi
pertanian dan secara tidak langsung akan berdampak kepada tingkat produktivitas
dan juga perekonomian negara yang saat ini menjadi sumber penghidupan bagi
sekitar 50 persen penduduk Indonesia.
Masalah lain yang sering menjadi
kendala utama dalam pertanian adalah masalah transportasi. Jaringan jalan
produksi dan usahatani dari dan ke sentra produksi pertanian masih sangat
terbatas, sehingga belum dapat berfungsi untuk keluar-masuk alat dan mesin
pertanian untuk membawa sarana produksi maupun memasarkan hasil pertanian
secara efisien. Hal itu dapat kita lihat pada tingkat keefiesiensian
pendistribusian daging sapi di Indonesia. Akhir-akhir ini, beberapa media
menggabarkan bahwa Indonesia sampai saat ini masih saja melakukan import sapi
dari Austalia untuk memenuhi kebutuhan konsumsi sapi. Padahal, kalau kita
melihat tingkat produktivitas sapi di Indonesia masih cukup baik. Di beberapa
sentra produksi sapi sebenarnya mampu memenuhi kebutuhan konsumsi sapi di
Indonesia. Konsumsi sapi terbanyak di Indonesia terpusat di Jakarta dan Jawa
Barat, sedangkan sentra sapi salah satunya berada di NTB. Hal ini menjadi
permasalahan karena akses transportasi dari NTB ke jawa masih belum cukup lancar.
Jika kita bandingkan dengan transpotasi dan import yang dilakukan oleh
Australia yang setiap jamnya keluar masuk pelabuhan, hal itu masih cukup
ketinggalan jauh.
Tantangan yang harus dicapai untuk
pengelolaan sarana dan prasarana adalah dengan meningkatkan partisipasi
masyarakat dalam perlindungan, pemeliharaan dan pengembangan sektor pertanian
ini sendiri. Misalnya petani dilatih dan diberikan penyuluhan untuk
memanfaatkan alternatif seperti melalui pemanfaatan teknologi dengan baik, pembangunan
dan pemeliharaan bendungan serta pemanfaatan sumber air tanah, danau, rawa dan air hujan. Prasarana
usahatani lain yang sangat dibutuhkan masyarakat dan pedagang komoditas
pertanian namun keberadaannya masih terbatas adalah jalan usahatani, jalan produksi,
pelabuhan yang dilengkapi dengan pergudangan berpendingin udara, laboratorium
dan kebun percobaan bagi penelitian,
laboratorium pelayanan uji standar dan mutu, pos dan laboratorium
perkarantinaan, kebun dan kandang untuk penangkaran benih dan bibit, klinik
konsultasi kesehatan tanaman dan hewan, balai informasi dan promosi pertanian,
balai -balai penyuluhan serta pasar-pasar yang spesifik bagi komoditas. Di sisi
sarana produksi, permasalahan yang dihadapi adalah belum cukup tersedianya
benih/bibit unggul bermutu, pupuk, pakan,
pestisida/obat-obatan, alat dan mesin pertanian hingga ke tingkat usaha tani, serta belum berkembangnya kelembagaan
pelayanan penyedia sarana produksi.
Tantangan yang harus
dihadapi ke depan adalah bagaimana
menyediakan semua prasarana dan sarana
yang dibutuhkan petani ini dalam jumlah yang cukup, berada dekat dengan sentra produksi, dan biaya pelayanan
yang terjangkau. Sehingga untuk bisa mewujudkan hal tersebut maka diperlukan
kerja sama antara pemerintah dengan semua pihak yang terlibat di dalamnya.
Pemerintah dapat memperkuat kelembagaan di pusat yang bertujuan untuk membuat
kebijakan dan regulasi berkaitan dengan pembuatan, penyebaran dan penggunaan
alat mesin di tingkat petani secara bertanggung jawab. Dan bagi pihak swasta
juga bisa ambil andil dengan mendorong untuk mendesain, memproduksi dan
menyebarkan produk pertanian sesuai dengan kualitas standar nasional. Dan yang
paling penting untuk terwujudnya semua hal tersebut maka diperlukannya ada
kesalingkepercayaan antar semua pihak yang terkait dan permodalan yang baik
untuk menunjang terwujudnya hal tersebut.
Komentar
Posting Komentar